Deteksi Tepi Dengan Metode Sobel (bagian 1)
Pendahuluan
Tutorial kali ini kita akan membahas Deteksi Tepi Dengan Metode Sobel. Tulisan ini cukup panjang sehingga akan saya bagi menjadi 2 bagian.
Bagian 1: Kita akan membahas Lingkup Grafika Komputer, Pengolahan Citra, Pengenalan Pola
Bagian 2: Kita akan membahas Metode Deteksi Tepi Sobel
Selamat menikmati:
Selamat menikmati:
Dasar Teori
Citra
(image) adalah kombinasi warna dan garis pada bidang dua dimensi yang
merepresentasikan sebuah bentuk gambar atau obyek. Secara tinjauan matematis,
citra adalah sebuah fungsi kontinyu dari intensitas cahaya pada bidang dua
dimensi. Sebuah gambar dapat diperoleh dari bermacam-macam perangkat seperti
kamera digital atau analog, sinar x, mikroskop elektron dan sebagainya dan
dipergunakan untuk bermacam-macam keperluan misalnya medis, sipil, industri, entertainment, militer dan sebagainya.
Citra
terbagi 2 yaitu ada citra yang bersifat analog dan ada citra yang bersifat digital.
Citra analog adalah citra yang bersifat kontinu seperti gambar pada monitor
televisi, foto sinar X, hasil CT Scan dll. Sedangkan pada citra digital adalah
citra yang dapat diolah oleh komputer (T. Sutoyo et al. 2009:9). Definisi lain
menyebutkan bahwa citra digital merupakan citra yang dihasilkan dari pengolahan
dengan menggunakan komputer, dengan cara merepresentasikan citra secara numerik
dengan nilainilai diskret (Winarno, 2011). Sebuah citra digital dapat mewakili
sebuah matrik M kolom dan N baris dimana perpotongan kolom dan baris tersebut
disebut piksel (pixel: picture element).
Sebuah piksel memiliki sebuah warna yang terbentuk dari kombinasi warna-warna
primer merah, hijau dan biru (RGB) yang dijelaskan pada gambar 2.1 sebagai
berikut.
Gambar 1 Satu Piksel Dalam Sebuah Gambar
Kedalaman
warna (color depth) adalah satuan
yang digunakan untuk mengukur jumlah warna yang ditampilkan dalam sebuah
piksel. Ukuran kedalaman warna (bit) yang sering digunakan
adalah 1, 8, 16, 24, 32, dan 64. Sebagai contoh untuk ukuran 8 bit, maka sebuah
warna diwakili untuk 2 pangkat 8 (256) warna nilai R (merah), G (hijau) dan B
(biru). Semakin tinggi nilai warna, maka semakin mendekati warna asli dari
obyek yang ada pada gambar tersebut.
Resolusi
gambar adalah banyaknya piksel yang digunakan untuk membentuk gambar tersebut.
Pada dasarnya resolusi gambar menjelaskan seberapa banyak piksel yang tersimpan
dalam gambar tersebut. Contoh nilai resolusi gambar adalah 300 x 200 piksel
yang berarti gambar tersebut memiliki 300 pixel mendatar (kolom) dan 200 piksel
vertikal (baris). Semakin banyak (tinggi) resolusi sebuah gambar maka gambar
tersebut semakin halus.
Di dalam
bidang komputer, terdapat tiga bidang studi yang berkaitan dengan data citra,
namun tujuan ketiganya berbeda, yaitu:
- Grafika Komputer (computer graphics).
- Pengolahan Citra (image processing).
- Pengenalan Pola (pattern recognition/image interpretation).
Hubungan
ketiga bidang studi itu dijelaskan pada gambar 2 sebagai berikut:
Gambar 2 Hubungan Antar Bidang Studi Tentang Citra
Grafika Komputer
Grafika
komputer bertujuan untuk menghasilkan citra dengan primitif geometri seperti
garis atau kurva. Primitif geometri tersebut memerlukan data deskriptif untuk
melukis elemen-elemen gambar. Contoh data deskriptif adalah koordinat titik,
panjang garis dan sebagainya yang dijelaskan pada gambar 3 sebagai berikut:
Gambar 3 Data Deskriptif Untuk Menghasilkan Citra
pada Grafika Komputer
Contoh
grafika komputer untuk menghasilkan sebuah gambar persegi panjang menggunakan
AutoCAD ditunjukkan pada gambar 4 sebagai berikut:
Gambar 4 Contoh Menggambar Citra Menggunakan Data
Deskriptif
Sebuah
citra digital dapat diolah kembali untuk bermacam-macam keperluan, misalnya
memperbaiki kualitas citra tersebut, mendapatkan informasi-informasi pada
sebuah citra maupun untuk keperluan-keperluan keamanan. Pada umumnya sebuah
pengolahan citra digital adalah mengambil informasi dalam sebuah piksel,
merubah nilai warna pada piksel tersebut menjadi nilai integer dan mengolah
nilai tersebut secara matematis.
Tantangan
dalam sebuah pengolahan digital adalah, gambar bukan suatu besaran yang
langsung terukur seperti nilai panjang sebuah benda yang diukur menggunakan
penggaris atau tegangan listrik yang diukur menggunakan volt meter, tetapi
sebuah obyek yang dikonversi menjadi nilai digital sehingga faktor-faktor yang
menyebabkan kesalahan menjadi semakin banyak. Kesalahan tersebut dapat terjadi
karena kualitas citra yang menjadi masukan sebuah sistem tidak terlalu bagus,
resolusi yang rendah, noise gambar
dan lain-lain.
Hubungan
citra dengan pengolahan citra diilustrasikan pada gambar 5 sebagai berikut:
Gambar 5 Hubungan Citra Dengan Pengolahan Citra
Pengenalan Pola
Pengenalan
pola mengelompokkan data numerik secara otomatis oleh komputer. Tujuan
pengelompokan ini adalah mengenali sebuah obyek dalam citra tersebut yang
diharapkan komputer dapat membedakan antar obyek dalam citra tersebut. Hal ini
mirip dengan pengenalan pola yang dimiliki otak manusia, dimana manusia dapat
membedakan obyek-obyek yang ditangkap oleh mata (sebagai sebuah citra) dan
mengenali obyek tersebut sebagai sebuah benda. Hubungan antara citra dan
deskripsi obyek diilustrasikan pada gambar 6 sebagai berikut:
Gambar 7 Pengenalan Pola Obyek
Deteksi Tepi
Tepi adalah
batas antara obyek dan latar belakang dan menunjukkan batas antara obyek yang
tumpang tindih. Ini berarti jika tepi dapat ditentukan secara akurat, semua
benda yang terdapat dalam sebuah citra bisa diukur dimensinya (Nadernejad E et
el, 2008). Suatu titik (x,y) dikatakan sebagai tepi (edge) dari suatu citra bila titik tersebut mempunyai perbedaan yang
tinggi dengan tetangganya (Riyanto). Deteksi tepi adalah salah satu operasi
paling umum yang digunakan dalam analisa citra. Terdapat banyak sekali algoritma
deteksi tepi yang terdapat dalam literatur-literatur ilmiah sebagai contoh:
- Metode Robert
- Metode Prewitt
- Metode Sobel
- Metode Canny
Setelah
sebuah obyek diketahui tepi-tepi (batas antara obyek dengan latar belakang),
obyek tersebut dapat dikenali sebagai sebuah pola dan setelah pola tersebut
dikenali, secara sederhana sistem dapat memutuskan apakah obyek tersebut harus
diolah atau tidak. Bagian pendeteksian tepi disini yang memerlukan resource
paling besar, karena sistem harus mendeteksi seluruh perbedaan antara latar
belakang dengan obyek-obyek non-background yang secara kasat mata, manusia
dapat langsung membedakan apakah obyek tersebut bagian dari background atau
bukan.
Deteksi
tepi diperoleh dengan memanfaatkan representasi warna dalam bentuk geometri
vektor yang merupakan jarak dari vektor ruang 3 dimensi yang diformulakan
sebagai berikut (Murdianto, 2007):
Dimana:
D : Jarak
warna C1 dan C2
R1,
R2 : Level
warna merah (Red) dari warna C1 dan C2
G1,
G2 : Level
warna hijau (Green) dari warna C1 dan C2
B1,
B2 : Level
warna biru (Blue) dari warna C1 dan C2
Secara umum, algoritma pendeteksian tepi adalah sebagai berikut:
- Ekstrak warna (R,G,B) dari sebuah pixel gambar dan simpan hasilnya sebagai C1
- Ekstrak warna (R,G,B) dari pixel gambar di sebelah kanan C1 dan simpan hasilnya sebagai C2
- Bandingkan nilai warna C1 dan C2 tersebut
- Jika perbandingan warna C1 dan C2 tersebut melebihi nilai toleransi yang diberikan, maka diperoleh batas antara latar belakang dan obyek.
Gambar 8. Pendeteksian Tepi Gambar Asli (a) menjadi Pola
(b)
Metode Sobel merupakan pengembangan metode Robert dengan menggunakan
filter HPF (High Pass Filter) yang
diberi satu angka nol penyangga. Metode ini mengambil prinsip dari fungsi
laplacian dan gaussian yang dikenal sebagai fungsi untuk membangkitkan HPF.
Kelebihan dari metode Sobel ini adalah kemampuan untuk mengurangi noise sebelum melakukan perhitungan
deteksi tepi.
Permasalahan
yang muncul pada pendeteksian tepi adalah kondisi pencahayaan, keberadaan
benda-benda lain yang memiliki intensitas yang sama atau hampir sama dan noise (derau) pada sebuah citra.
Masalah-masalah ini dapat diatasi dengan “memainkan” ambang batas tepi untuk
memisahkan derau, dan obyek-obyek yang memiliki nilai intensitas yang hampir
sama (Nadernejad E et el, 2008). Selain memainkan nilai ambang batas, akan
sangat baik jika pendeteksian tepi dilakukan menggunakan lebih dari satu
algoritma yang berbeda.
Lanjut Ke Metode Sobel
Referensi:
- Sutoyo, T. et al. (2009). Teori Pengolahan Citra Digital. Yogyakarta: Andi.
- Winarno E, Aplikasi Deteksi Tepi Pada Real Time Video Menggunakan Algoritma Canny Detection, Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK, Vol 16, No. 1, Januari 2011: 44-49 ISSN: 0854-9524
- Riyanto Sigit, Modul Praktikum Pengolahan Citra, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
- Nadernejad E., Sharifzadeh S., Hassanpour H., Edge Detection Techniques: Evaluations and Comparisons, Applied Mathematical Sciences, Vol. 2, 2008, no. 31, 1507 – 1520